Judul Buku: The Invention of Hugo Cabret
Penulis: Brian Selznick
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang
Jumlah Halaman: 544 halaman
Penulis: Brian Selznick
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang
Jumlah Halaman: 544 halaman
ISBN: 9789794336816
Coba
tebak, di mana aku pertama kali liat buku ini. Di toko buku? Salah. Di
penyewaan buku? Bukan juga. Di online? Ngga mendekati sama sekali.
First
sight yang aku alami sama buku ini, adalah di kelas IAD. Iya kelas IAD.
Heran ya? Hha.. Bukan, bukan dosen aku yang bercerita tentang buku ini.
Bukan juga kita dapet tugas menjelaskan tentang novel di kelas. Malahan
kalau ngga salah, waktu itu lagi ada presentasi tentang tata surya atau sejenisnya gitu deh. Yang jelas, aku cuma bisa ingat satu hal, buku ini.
Berawal dari rasa bosan yang semakin menjadi-jadi di kelas IAD (jangan ditiru please), akhirnya aku kembali pada kebiasaan lama, watching people.
Ada yang sama kaya aku sebelumnya, terduduk bosan dengan pandangan
kosong. Ada yang dengan susah payah berusaha fokus sama bahan kuliah di
depan. Ada yang asik ngobrol di baris paling belakang pojok. Ada yang
asik ngutak-ngatik handphone. Dan itu dia, di paling pojok kelas, tepat
di baris belakang bangkuku, ada senior yang asik tenggelam dalam
bacaannya. Penasaran dan sedikit kepo, aku tegur dia (entah kak siapa
namanya).
"Lagi baca apa kak? serius banget." tegurku dengan wajah penasaran (iya aku emang sok kenal, udah sok kenal kepo lagi ._.).
"Nih.." jawabnya santai sambil ngangkat buku yang lagi dia pegang.
"The
Invention of Hugo Cabret", tertulis jelas di cover buku yang dia
tunjukin. Dengan gambar lubang kunci, bulan, dan sedikit bagian bangunan
kuno eropa. Sekali liat aku tau, ini buku fantasi.
Sejujurnya,
saat itu aku sedikit speechless. Kenapa? Soalnya, awalnya aku kira dia
lagi baca buku kuliah, atau yang lainnya. Misalnyapun bukan buku kuliah,
kupikir kebanyakan cowok kurang suka baca buku macam ini. Ternyata,
emang kita ngga bisa menilai seseorang hanya dari jenis kelaminnya.
"Boleh liat?" tanyaku lagi.
Sedikit
ragu, di angsurkannya buku itu ke tanganku yang dengan sigap meraihnya.
Pertama kubuka, aku disambut dengan ilustrasi bulan yang dikelilingi
warna hitam pekat. Seperti sedang menatap layar bioskop jaman dulu. Ku
intip lagi beberapa halaman selanjutnya, ilustrasi bulan berganti dengan
gambar kota paris, stasiun, manusia, lalu ini :
Ini
adalah ilustrasi seorang Hugo Cabret. Tokoh utama dalam novel ini.
Keren ya ilustrasinya? Aku selalu terkagum-kagum dengan mereka yang
dapat menuangkan sebuah imaji dalam bentuk ilustrasi, ataupun lukisan.
Kucoba men-scanning
halaman-halaman selanjutnya. Masih banyak ilustrasi-ilustrasi semacam
ini di dalam buku yang sedang ku pegang. Indah, meski sedikit membuatku
merinding karna nuansa hitam putih yang mencolok. Memanjakan mata, dan
yang terpenting, ilustrasi-ilustrasi ini sepertinya punya kisah sendiri.
Saling melengkapi dengan narasi-narasi yang tercetak di baliknya.
"Rame gak kak?" gumamku sambil mengembalikan buku itu.
"Coba aja baca." katanya sambil tersenyum, dan kembali tenggelam dalam bacaannya.
Masih
dengan rasa penasaran yang semakin menjadi, mataku selalu melirik ke
arah buku itu hingga waktu kuliah berakhir. Pengen baca, tapi ngga mau
pinjem. Yep, itulah aku. Selalu pengen memiliki sendiri buku yang aku
anggap menarik. Apalagi kalau bukunya menyuguhkan ilustrasi-ilustrasi
unik seperti itu. Juga ngga mau punya versi e-book nya. Karna, selalu
ada yang terasa kurang ketika kamu membaca tanpa perlu membalik
halaman-halamannya dengan tanganmu sendiri. Kuno? Bodo amat. Hha..
Akhirnya,
buku itu bisa juga aku milikin. Dan dalam waktu singkat sudah habis
kubaca. Yang selalu kusuka dari buku-buku macam ini adalah ketika mereka
bisa menjerat kamu dengan begitu lihainya, hingga tanpa sadar kamu
sudah sampai pada halaman terakhir.
Seperti
yang aku duga sebelumnya, ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini punya
cerita mereka sendiri. Jadi, bukan sekedar gambar-gambar ngga jelas yang
berhamburan untuk memenuhi buku.
Buku
ini bercerita tentang Hugo Cabret, seorang yatim-piatu. Ibunya sudah
lama meninggal. Selama ini ia dirawat oleh ayahnya, yang juga telah
meninggal belum lama ini dalam sebuah kebakaran di museum.
Ketika
ayahnya meninggal, Hugo di bawa oleh pamannya, seorang perawat jam di
sebuah stasiun. Di sana, pamannya mengajari Hugo cara merawat jam-jam di
stasiun agar selalu menunjukkan waktu yang tepat. Ketika ia mulai mahir
melakukan tugasnya, pamannya mulai sering meninggalkannya sendirian.
Hingga akhirnya pamannya tidak kembali untuk waktu yang lama.
Hugo
memiliki rahasia, yang di warisinya dari ayahnya. Mengikatnya dengan
masa lalu, sekaligus memberinya harapan akan masa depan. Rahasia itu
berupa sebuah automaton yang telah rusak. Dan sebuah buku catatan berisi gambar-gambar bagian automaton yang di gambar oleh ayahnya.
Setelah
ayahnya meninggal, Hugo melanjutkan misi ayahnya, memperbaiki benda
itu. Meski itu artinya Hugo harus mencuri dari sebuah toko mainan di
stasiun untuk mendapatkan bagian-bagian yang diperlukannya.
Suatu
hari, pak tua pemilik toko mainan menangkap basah Hugo yang tengah
mengutil sebuah mainan tikus putar. Lalu ia menyuruh Hugo untuk
mengosongkan kantongnya, yang artinya Hugo harus menunjukkan buku
catatan ayahnya yang selalu ia bawa kemanapun.
Dari situlah petualangan Hugo dan pencarian akan rahasia yang di simpan oleh sang automaton
bermula. Ketika pak tua membuka buku catatan Hugo, dan melihat gambar
di dalamnya. Lalu ia menyebut gambar itu sebagai hantu. Dan mengambil
buku catatan Hugo untuk ia bakar (katanya).
Pokoknya,
buku ini bener-bener seru. Ngga nyesel deh kalau kalian beli sendiri
buat koleksi. Tapi pinjem juga gak apa-apa sih. Selama kalian menikmati
buku ini. :)
Two thumbs up buat buku ini. Dan ini beberapa ilustrasi lainnya yang bisa kalian lihat di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar