Jumat, 15 Februari 2013

The Invention of Hugo Cabret


Judul Buku: The Invention of Hugo Cabret
Penulis: Brian Selznick
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang
Jumlah Halaman: 544 halaman
ISBN: 9789794336816 

Coba tebak, di mana aku pertama kali liat buku ini. Di toko buku? Salah. Di penyewaan buku? Bukan juga. Di online? Ngga mendekati sama sekali.

First sight yang aku alami sama buku ini, adalah di kelas IAD. Iya kelas IAD. Heran ya? Hha.. Bukan, bukan dosen aku yang bercerita tentang buku ini. Bukan juga kita dapet tugas menjelaskan tentang novel di kelas. Malahan kalau ngga salah, waktu itu lagi ada presentasi tentang tata surya atau sejenisnya gitu deh. Yang jelas, aku cuma bisa ingat satu hal, buku ini.

Berawal dari rasa bosan yang semakin menjadi-jadi di kelas IAD (jangan ditiru please), akhirnya aku kembali pada kebiasaan lama, watching people. Ada yang sama kaya aku sebelumnya, terduduk bosan dengan pandangan kosong. Ada yang dengan susah payah berusaha fokus sama bahan kuliah di depan. Ada yang asik ngobrol di baris paling belakang pojok. Ada yang asik ngutak-ngatik handphone. Dan itu dia, di paling pojok kelas, tepat di baris belakang bangkuku, ada senior yang asik tenggelam dalam bacaannya. Penasaran dan sedikit kepo, aku tegur dia (entah kak siapa namanya).

"Lagi baca apa kak? serius banget." tegurku dengan wajah penasaran (iya aku emang sok kenal, udah sok kenal kepo lagi ._.).
"Nih.." jawabnya santai sambil ngangkat buku yang lagi dia pegang.

"The Invention of Hugo Cabret", tertulis jelas di cover buku yang dia tunjukin. Dengan gambar lubang kunci, bulan, dan sedikit bagian bangunan kuno eropa. Sekali liat aku tau, ini buku fantasi.

Sejujurnya, saat itu aku sedikit speechless. Kenapa? Soalnya, awalnya aku kira dia lagi baca buku kuliah, atau yang lainnya. Misalnyapun bukan buku kuliah, kupikir kebanyakan cowok kurang suka baca buku macam ini. Ternyata, emang kita ngga bisa menilai seseorang hanya dari jenis kelaminnya.

"Boleh liat?" tanyaku lagi.

Sedikit ragu, di angsurkannya buku itu ke tanganku yang dengan sigap meraihnya. Pertama kubuka, aku disambut dengan ilustrasi bulan yang dikelilingi warna hitam pekat. Seperti sedang menatap layar bioskop jaman dulu. Ku intip lagi beberapa halaman selanjutnya, ilustrasi bulan berganti dengan gambar kota paris, stasiun, manusia, lalu ini :
Ini adalah ilustrasi seorang Hugo Cabret. Tokoh utama dalam novel ini. Keren ya ilustrasinya? Aku selalu terkagum-kagum dengan mereka yang dapat menuangkan sebuah imaji dalam bentuk ilustrasi, ataupun lukisan.

Kucoba men-scanning halaman-halaman selanjutnya. Masih banyak ilustrasi-ilustrasi semacam ini di dalam buku yang sedang ku pegang. Indah, meski sedikit membuatku merinding karna nuansa hitam putih yang mencolok. Memanjakan mata, dan yang terpenting, ilustrasi-ilustrasi ini sepertinya punya kisah sendiri. Saling melengkapi dengan narasi-narasi yang tercetak di baliknya.

"Rame gak kak?" gumamku sambil mengembalikan buku itu.
"Coba aja baca." katanya sambil tersenyum, dan kembali tenggelam dalam bacaannya.

Masih dengan rasa penasaran yang semakin menjadi, mataku selalu melirik ke arah buku itu hingga waktu kuliah berakhir. Pengen baca, tapi ngga mau pinjem. Yep, itulah aku. Selalu pengen memiliki sendiri buku yang aku anggap menarik. Apalagi kalau bukunya menyuguhkan ilustrasi-ilustrasi unik seperti itu. Juga ngga mau punya versi e-book nya. Karna, selalu ada yang terasa kurang ketika kamu membaca tanpa perlu membalik halaman-halamannya dengan tanganmu sendiri. Kuno? Bodo amat. Hha..

Akhirnya, buku itu bisa juga aku milikin. Dan dalam waktu singkat sudah habis kubaca. Yang selalu kusuka dari buku-buku macam ini adalah ketika mereka bisa menjerat kamu dengan begitu lihainya, hingga tanpa sadar kamu sudah sampai pada halaman terakhir.

Seperti yang aku duga sebelumnya, ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini punya cerita mereka sendiri. Jadi, bukan sekedar gambar-gambar ngga jelas yang berhamburan untuk memenuhi buku.

Buku ini bercerita tentang Hugo Cabret, seorang yatim-piatu. Ibunya sudah lama meninggal. Selama ini ia dirawat oleh ayahnya, yang juga telah meninggal belum lama ini dalam sebuah kebakaran di museum.
 
Ketika ayahnya meninggal, Hugo di bawa oleh pamannya, seorang perawat jam di sebuah stasiun. Di sana, pamannya mengajari Hugo cara merawat jam-jam di stasiun agar selalu menunjukkan waktu yang tepat. Ketika ia mulai mahir melakukan tugasnya, pamannya mulai sering meninggalkannya sendirian. Hingga akhirnya pamannya tidak kembali untuk waktu yang lama.

Hugo memiliki rahasia, yang di warisinya dari ayahnya. Mengikatnya dengan masa lalu, sekaligus memberinya harapan akan masa depan. Rahasia itu berupa sebuah automaton yang telah rusak. Dan sebuah buku catatan berisi gambar-gambar bagian automaton yang di gambar oleh ayahnya.

Setelah ayahnya meninggal, Hugo melanjutkan misi ayahnya, memperbaiki benda itu. Meski itu artinya Hugo harus mencuri dari sebuah toko mainan di stasiun untuk mendapatkan bagian-bagian yang diperlukannya.

Suatu hari, pak tua pemilik toko mainan menangkap basah Hugo yang tengah mengutil sebuah mainan tikus putar. Lalu ia menyuruh Hugo untuk mengosongkan kantongnya, yang artinya Hugo harus menunjukkan buku catatan ayahnya yang selalu ia bawa kemanapun.

Dari situlah petualangan Hugo dan pencarian akan rahasia yang di simpan oleh sang automaton bermula. Ketika pak tua membuka buku catatan Hugo, dan melihat gambar di dalamnya. Lalu ia menyebut gambar itu sebagai hantu. Dan mengambil buku catatan Hugo untuk ia bakar (katanya).

Pokoknya, buku ini bener-bener seru. Ngga nyesel deh kalau kalian beli sendiri buat koleksi. Tapi pinjem juga gak apa-apa sih. Selama kalian menikmati buku ini. :)

Two thumbs up buat buku ini. Dan ini beberapa ilustrasi lainnya yang bisa kalian lihat di dalamnya.




Tidak ada komentar: