“Kapan punya pacar?” sebuah pertanyaan yang rutin ku dengar
Aku hanya mampu tersenyum simpul dan menjawab sekenanya
Setelah itu, larut dalam beragam rasa yang berkecamuk dalam
diriku
Hari demi hari, orang-orang di sekelilingku mulai menemukan
pasangan mereka
Namun aku masih saja sendiri..
Bukan, aku bukan remaja labil yang mengatasnamakan cinta di
atas segalanya
Hanya saja, aku iri pada mereka.. Ya, iri..
Aku juga ingin menemukan dan ditemukan..
Lalu saling berbagi dan saling menopang dalam kesulitan..
Ku sabarkan hati dengan berbisik sendiri, “Mungkin memang
belum waktunya untukmu.”
Namun tetap saja rasa sedih itu kembali muncul
Kadang terlintas di benakku, mungkinkah aku terlalu pemilih?
Mungkinkah aku terlalu memandang tinggi diriku sendiri?
Atau terlalu pemalu dan sulit didekati?
Entahlah.. Aku lelah memikirkannya..
Semakin hari kurasakan aku semakin larut dalam rasa sepi ini
Bisa kukatakan, aku kurang bersyukur
Lalu seorang sahabat mengingatkanku akan sebuah kalimat yang
sudah kulupakan
Yang dulu ku pasang dan ku camkan baik-baik sebagai
pengingat diri
Bahwa,
“Allah telah menciptakan api untuk menghangatkan diri kita,
tak perlu menunggu lengan yang tak kunjung datang mendekapmu..
Allah juga menciptakan pohon yang bisa menjadi sandaran kala
kita terlalu lelah,
Tak perlu menanti punggung orang lain untuk melepas
penatmu..
Yang terpenting adalah,
Allah ada untuk mendengarkan setiap keluh kesahmu, menampung
setiap titik air matamu, dan menjawab setiap doa-doamu..”
Maka kupikir, untuk apa aku memikirkan takdir yang belum
saatnya kujalani
Allah Maha Mengetahui mana yang terbaik bagi hidupku
Yang bisa kulakukan adalah berdoa dan berusaha, bukan
memaksakan
Karna bukankah segala sesuatu yang berhubungan dengan kata ‘paksa’
tak pernah berujung baik?
Kini aku harus meringankan langkahku sendiri..
Menata diriku sendiri, hingga bila saatnya tiba aku bertemu
dengan dirinya, pasangan hidupku kelak, dia tak akan menyesal memilikiku..